Hasil Analisis dari Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta




Dari video livestream Pascasarjana ISI Surakarta pada ujian terbuka promosi Doktor Pandu Pramudita yang membahas tentang “Inovasi bentuk figur kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta” bahwa kesenian wayang kulit tidak hanya memiliki nilai adi luhung pada aspek pertunjukan dan sastra, tapi juga pada aspek bentuknya. Dalam perkembangannya seiring perkembangan jaman, bentuk figur kayon di Surakarta ini mengalami perubahan dan muncul berbagai ragam bentuk.

Awal kemunculan figur kayon pada tahun 1522 Masehi/1443 tahun Saka yang diketahui pada sangkalan memet yang berbunyi “Geni dadi sucining jagat” oleh Sunan Kalijaga. Kemudian pada figur kayon kedua muncul bentuk baru yang diciptakan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono II dengan sengkalan memet “Gapura lima retuning bumi” yang bertepatan pada tahun 1659 Jawa/1739 Masehi. Kemudian pada perkembangan bentuk figurnya diketahui pada tahun 1865 Masehi pada koleksi dari Museum Belanda dimana bentuk figur kayon muncul isian dengan bentuk Sakembaran Harimau dan Banteng.

Oleh sebab itu Bapak Pandu Pramudita mengajukan masalah diantaranya : 

  1. Bagaimana inovasi bentuk figur kayon dalam wayang kulit purwa gaya Surakarta?
  2. Mengapa terjadi inovasi bentuk figur kayon dalam wayang kulit purwa gaya Surakarta
  3. Bagaimana nilai filosofis bentuk figur kayon dalam wayang kulit purwa gaya Surakarta?

Untuk mengawali asumsi, maka dugaan pertama bahwa “Inovasi figure kayon tampak pada keragaman bentuk figur kayon yang dilihat dari aspek bidang dan isiannya”. Kemudian yang kedua “Inovasi bentuk figur kayon terjadi karena adanya proses kreatif yang dilakukan secara dialektis oleh seniman wayang dari pengalamannya terhadap bentuk-bentuk figur kayon sebelumnya”. Yang ketiga “Nilai filosofis figur kayon berada pada simbolis unsur-unsur pembentuknya yang ditemukan pada setiap figur kayon meski memiliki ragam bentuk dari hasil inovasi”

            Metode penelitian yang dilakukan menggunakan Fenomenologi dengan lokus penelitian material figur kayon gaya Surakarta, yang didukung dengan data oral atau wawancara dari informan penelitian. Pada inovasi bentuk figur kayon bahwa terdapat ragam bentuk figur kayon yang dilihat dari 5 aspek :

  1. Ukuran : Tinggi 75-99 cm dan Lebar 38-59 cm
  2. Bidang : Raut (Wengku, Bedhahan, Kadiwengku) Struktur (Kerucut yaitu Pucukan, Cembung dan Cekung yaitu Genukan dan Lengkeh, Bidang datar yaitu Palemahan, muncul variasi bentuk baru berupa tonjolan kecil yaitu Umpak)
  3. Ragam Isian : 97 ragam isian yang terdiri dari 20 jenis tumbuhan, 43 jenis hewan, 6 jenis makhluk mitologi, 11 jenis benda alam, 13 jenis buatan, dan 4 jenis simbol.
  4. Ragam Tatahan :  14 ragam tatahan yang terdiri dari bubukan, tratasan untu walang, bubukan iring, mas-masan, gubahan, srunen, inten-intenan, sekar katu, patran, seritan, sembuliyan, pipil dan susruk.
  5. Ragam Sunggingan ada dua hal yang perlu disoroti yang pertama adalah tentang bagaimana teknik dari sunggingan dan yang kedua adalah ragam sunggingan yang ada didepan dan dibelakang. Sunggingan Depan : Sorotan, gemblegan, padang bulan. Sunginggan Belakang : Sunggingan api dan air.

            Bidang ideal kayon dimana bedasarkan data ukuran dari teori Golden ratio ada dua perbandingan yang pertama 2:1 dan 5:3 untuk diuji dalam eksperimen. Pada eksperimen menggunakan gambar teknik dalam tiga tahap yang pertama adalah dasar grid sistem dasar, kemudian dasar bidang, ketiga layoutting. Pada eksperimen Bapak Pandu Pramudita menggunakan dua perbandingan yaitu 11:6 dan 13:7, kemudian yang memenuhi syarat bahwa perbandingan itu lebih kecil dari 2:1 dan bisa sama dengan 5:3 ada pada perbandingan 13:7. Maka dalam hal ini bidang ideal kayon dibentuk dari perbandingan 13:7.

Bentuk Figur Kayon selalu memiliki tiga struktur :

  1. Pucukan yang berbentuk kerucut
  2. Gunukan menuju lengkeh yang berbentuk cembung dan cekung
  3. Palemahan yang berbentuk bidang datar

Komposisi Isian Kayon :

  1. Pada bagian Pucukan selalu memiliki formasi Pohon Hayat yang terdiri dari pohon, hewan terbang, hewan bergelantung, hewan merangkak, makhluk mitologis.
  2. Kemudian pada bagian Genukan selalu memiliki Lar. Tetapi pada Kayon Blumbangan Lar mengapit Kolam, sedangkan Kayon Gapuran Lar mengapit atap bangunan.
  3. Pada bagian Lengkeh yang membedakan kedua Figur tersebut yaitu Kayon Blumbangan selalu menunjukkan objek alam, sedangkan Kayon Gapuran selalu menunjukkan bangunan.
  4. Pada bagian Palemahan bersifat kosong atau jika ada isian, itu tidak memiliki keterkaitan antara isian yang ada di atasnya.

Ada 4 warna pada Figur Kayon :

  1. Hitam
  2. Merah
  3. Kuning
  4. Putih

            Inovasi bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta memunculkan ragam bentuk Figur yang memilliki estetikanya yang disebut dengan Wanda Kayon.

Terdapat 2 proses Eksternalisasi Bentuk Figur Kayon :

  1. Pengalaman estetis dalam bentuk citra fisik yang memiliki Persepsi Kayon, Persepsi Gunungan, Persepsi Bentangan Alam
  2. Pengalaman estetis dalam bentuk rasa yang memiliki Keistimewaan Bentuk, Nilai Sakral

Terdapat 2 proses Obyektivasi Bentuk Figur Kayon : 

  1. Proses Kreatif, yaitu Revitalisasi dan Reinterpretasi
  2. Pengalaman Artistik, yaitu Sketsa, Tatah dan Sungging

Terdapat 2 proses Internalisasi Bentuk Figur Kayon :

  1. Penggunaan Figur Kayon, yaitu Pembuka Pertunjukan, Pembatas Kelir, Pengganti Adegan, Pembagi Babak, Penjelma Objek, Penunjuk Tempat, Penguat Suasana, Penutup Pertunjukan
  2. Pentradisian Bentuk Figur Kayon, yaitu Sosialisasi dan Re-Eksternalisasi

            Inovasi bentuk figur kayon pada wayang kulit purwa gaya Surakarta terjadi karena seniman mengalami pengalaman estetis dan pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika bentuk figur kayon.

Ada 3 nilai filosofis bentuk figur kayon :

  1. Makrokosmos yang memiliki nilai filosofis tentang jagat ageng yang dilihat dari unsurnya dan triloka yang dilihat dari struktur bidangnya.
  2. Mikrokosmos yang memiliki zakat alit yang dilihat dari unsurnya, lalu kemudian karep yaitu konsep bentuk figure diciptakan.
  3. Metakosmos yang dilihat dari pola sangkan paraning dumadi dimana selalu ada tiga hal yang menjadi tahapan dalam penciptaan dari pola bidang maupun struktur, kemudian memayu hayuning bawana dimana bentuk figur kayon selalu bersifat simetris

            Nilai filosofis pada bentuk figur kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta merupakan padangan manusia terhadap dunia yang disebut dengan kosmologi, yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu Makrokosmos, Mirokosmos, dan Metakosmos.

            Kesimpulan yang dapat diambil dari judul desertasi yang diajukan oleh Bapak Pandu Pramudita, yaitu Inovasi bentuk figur kayon wayang kulit purwa gaya Surakarta bahwa menurut nilai filosofis dalam figur kayon wayang kulit terdapat simbol pandangan hidup manusia terhadap dunia lalu memunculkan ragam bentuk figur yang memiliki estetikanya yang disebut dengan wanda kayon serta inovasi bentuk figur kayon yang terjadi karena seniman mengalami pengalaman estetis dan pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika bentuk figur Kayon.

Komentar

Postingan Populer